PLN ULP Kraksaan Janji Perbaikan, Warga Satreyan Masih Hidup dengan Ancaman Tiang Kabel Listrik

Bagikan

Probolinggo Berita Harian Indonesia.Com.-Bayangkan kabel listrik bertegangan tinggi bergelantungan rendah, hanya bertumpu pada sebatang bambu rapuh. Itulah pemandangan sehari-hari yang menghantui warga Desa Satreyan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Setiap kali hujan deras turun disertai angin kencang, rasa takut pun memuncak: kapan kabel itu akan roboh dan mencelakakan orang yang lewat?

“Bagaimana kalau kena orang, Pak? Masak sampai menyentuh tanah begini,” keluh Rusdi, warga RT 7 Blok Sawoan, Senin (22/9/2025). Ia menegaskan, kondisi kabel listrik yang menjuntai rendah itu sudah lama dikeluhkan, namun tak kunjung diperbaiki.

Bambu Lapuk, Ancaman Nyata

Menurut Rusdi, bambu yang dijadikan penyangga hanya bertahan sebentar. Begitu lapuk, kabel kembali melorot hingga hampir menyentuh tanah. Situasi ini membuat warga resah setiap kali melintas di jalan desa.

“Kalau musim hujan, banyak yang roboh. Jalan jadi sulit dilalui karena kabel jatuh ke tanah,” ujarnya.

Bagi warga, risiko tersetrum bukan sekadar bayangan. Kabel yang sewaktu-waktu bisa putus membuat setiap langkah terasa penuh bahaya.

Janji yang Tak Menjawab

Harapan sempat disandarkan pada PLN UP3 Pasuruan ULP Kraksaan. Namun, jawaban yang diberikan belum memberi kejelasan. Manajer ULP Kraksaan, Hans Tua M. Sinaga, bahkan enggan berkomentar langsung dan mengutus Fredy Ahmad Sugiarto, Team Leader Teknik, untuk menjelaskan.

Fredy mengakui persoalan kabel di Desa Satreyan sudah berulang kali masuk dalam daftar usulan perbaikan. Bahkan, katanya, sudah lebih dari empat tahun proposal diajukan.

“Usulan sudah masuk, sudah kita ajukan juga. Ada lebih dari 60 desa yang kondisinya sama, termasuk Satreyan. Semua sudah kita pantau untuk tindak lanjut, tapi memang harus sesuai urutan,” ujarnya.

Menanti Kepastian yang Tak Kunjung Datang

Meski begitu, Fredy tidak bisa memastikan kapan perbaikan akan dilakukan. Ia hanya menyebut, “Kita usahakan tahun ini atau tahun berikutnya bisa terlaksana.”

Jawaban samar itu membuat warga semakin kecewa. Beberapa kali kepala desa menyampaikan keluhan ke PLN, namun hingga kini hanya berbuah janji.

“Sudah capek kalau hanya janji. Yang kami butuhkan kepastian, bukan kata-kata,” ungkap Bambang Sudarmaji pendamping warga Satreyan.

Kini, warga Satreyan hanya bisa menunggu antara harapan dan kecemasan sampai kapan nasib mereka benar-benar diperhatikan. Sebab, di balik tiap batang bambu penopang kabel itu, tersimpan ancaman yang bisa berubah menjadi tragedi kapan saja.(Bambang Sudarmaji)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *